Tanjung Lesung – Banten – AJANG lomba lari bertema pelestarian satwa langka, Rhino Eco Run, sukses digelar di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung– Banten, pada hari Minggu (29/9) lalu.
Acara ini merupakan kolaborasi antara UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Yayasan Badak Indonesia (YABI), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan PPI Banten. Sebanyak 330 peserta dari berbagai daerah, termasuk Jakarta, Banten, Tangerang, dan Nusa Tenggara Barat, serta pelari dari Kenya, turut ambil bagian.
Mewakili panitia, Widi Widiasmanto selaku Managing Director KEK Tanjung Lesung, menyampaikan, bahwa hasil penyelenggaraan Rhino Eco Run 2024 merupakan awal yang baik sekaligus menjadi fondasi yang kuat untuk menyelenggarakan acara serupa pada 2025, dengan target peserta yang lebih besar.
“Kami tidak menyangka antusias peserta yang mendaftar hingga 330 peserta dari target awal kami hanya 300 peserta, dan sebenarnya banyak yang masih berminat mendaftar. Namun panitia konsisten untuk menutup pendaftaran pada tanggal 27 September lalu. Tentu, ini menjadi optimisme kami, bukan hanya merencanakan kembali event yang sama pada tahun depan tapi juga juga menambah jumlah pesertanya, “ ucap Widi Widiasmanto.
Adapun pelaksanaan lomba lari sepanjak 10K dan 5K ini berlangsung meriah dan seru. Selain menjadi ajang olahraga, acara ini juga membawa pesan pentingnya melestarikan badak yang terancam punah. Para peserta pun menikmati suasana indah Pantai Tanjung Lesung sepanjang lomba – yang kian menancapkan eksistensinya sebagai destinasi wisata sport tourism.
“Saya kira pemandangan indah dari Pantai Tanjung Lesung menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta (dalam lomba lari ini),” ucap Sunardin dari Bima- Nusa Tenggara Barat yang berhasil meraih juara 1 Male jarak 10K.
Tanjung Lesung Teken MoU dengan UIN SMH
Tak hanya sukses dalam penyelenggaran lomba, acara FGD bertajuk “Barudak Badak Sadar Serentak” sukses digelar, pada Sabtu (27/9). Selama dua jam lebih, para narasumber bertukar sudut pandang mengenai solusi mencegah pemburuan liar badak bercula satu dan melestarikan badak bercula satu yang kini populasinya terancam punah. Beberapa narasumber tersebut ialah Widi Widiasmanto selaku Managing Director KEK Tanjung Lesung, Prof. Dr. Wawan Wahyudin selaku Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, Ardi Andono selaku Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan Arief Rubianto dari Yayasan Badak Indonesia (YABI).
Dalam forum diskusi tersebut, Ardi Andono menerangkan bahwa populasi badak bercula satu yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon dan bagaimana kondisi habitatnya butuh langkah pencegahan. Sementara Arief Rubianto dari Yayasan Badak Indonesia (YABI), membahas mengenai tindakan perburuan-perburuan liar kepada badak bercula satu dilakukan hingga menghilangkan habitat alami mereka.
Para narasumber pun sepakat bahwa dalam upaya melestarikan badak bercula satu tidak bisa dilakukan satu pihak saja. Sebaliknya, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, baik pihak swasta maupun publik.
Dalam acara tersebut – demi menapaki solusi konkret mengenai pelestarian wisata dan keberadaan satwa langka – dilakukan pula penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UIN SMH Banten yang diwakili oleh Prof. Dr. Wawan Wahyudin dengan KEK Tanjung Lesung yang diwakili oleh Widi Widiasmanto. MoU ini berfokus pada kerja sama di bidang konservasi wisata dan satwa langka, pengembangan sumber daya manusia, penelitian, bisnis, dan kewirausahaan.
“Dengan adanya MOU ini, diharapkan tercipta sinergi antara pendidikan tinggi dan industri, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekonomi di daerah tersebut,” tutup Widi Widiasmanto.